Rabu, 14 Oktober 2009
PENYAKIT SIFILIS
Berita baik mengenai sifilis adalah bahwwa jika penyakit ini sudah didiagnosis secara awal, sama sekali tidak sulit untuk menyembuhkan. Berbagai macam antibiotik (biasanya penisilin, tetrasiklin dan/atau doksisiklin) biasanya dapat membasmi tepat pada sasaran.
Kabar buruknya adalah bahwa sifilis yang tidak terdiagnosis sejak dini dapat menjadi penyakit kelamin menular (STD) yang sangat berbahaya yang dapat mengarah kepada gagalnya fungsi jantung dan bahkan kematian. Dan yang lebih parah, gejala-gejalanya dapat sangat berbeda-beda sehingga para dokter sering gagal untuk mendiagnosisnya secara tepat, demikian kata para peneliti.
Mungkin inilah sebagian alasan mengapa sifilis mulai mewabah lagi dalam tahun-tahun terakhir ini. Sekarang penyakit ini berada dalam batas tertinggi sejak tahun 1950 dengan jumlah kurang lebih 40.000 kasus baru (dan mungkin lebih banyak lagi) yang muncul di Amerika Serikat setiap tahunnya, demikian menurut para peneliti.
Beberapa tahun yang lalu, sifilis adalah satu masalah seksual serius yang berjangkit secara luas. Pada abad ke-16 dan 17 di Eropa, penyakit ini menyebar luas dan penderitanya dihadapkan pada berbagai macam pengobatan yang berbahaya (dan sebagian besar tidak berguna). Pada awal tahun 1900-an, pasien sifilis (termasuk Danish Writer Isak Dinesen, penulis Out of Africa) diberi bismut dan arsenik yang kadang-kadang lebih mematikan daripada penyakit itu sendiri. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah pengobatan baru diperkenalkan: Pasien dengan sengaja dibuat terinfeksi oleh malaria yang mengakibatkan demam sampai 106 drajat Farenheit selama beberapa hari, dan “membakar” sifilis itu atau mungkin juga dapat membunuh si pasien.
Di tahun 1940-an, obat pertama yang benar-benar efektif untuk sifilis diperkenalkan yaitu penisilin. Bahkan dewasa ini, penisilin tetap “obat pilihan pertama” untuk mengatasi semua tahap sifilis, demikian menurut Connie Whiteside, dari bagian pengobatan umum University of California, Davis, Medical Center. Pada kenyataannya, penisilin sangat efektif dalam mengurangi kadar-kadar infeksi sehingga pada tahun 1950-an, beberapa dokter secara optimis menggambarkan sifilis sebagai “satu penyakit yang telah lenyap.” Namun di akhir tahun 1980-an, sifilis mulai mewabah lagi terutama di kota-kota besar dan diantara perempuan-perempuan tuna susila dan pengguna obat-obat terlarang. Perilaku yang sembrono seperti pertukaran antara kesediaan berhubungan seksual dengan imbalan obat-obat terlarang merupakan salah satu alasan mengapa sifilis sempat merajalela dan tampaknya kembali meluas di tahun 1990-an, demikian kata pegawai kesehatan umum
Penyebab.
Sifilis disebabkan oleh suatu bakteri yang berbentuk spiral atau spirochete yang disebut Treponema pallidum. Dengan strategi hampir selalu menular ke korban baru melalui persetubuhan atau seks oral, makhluk kecil ini mencari jalan masuk melalui kulit, dan dari sana, ia menyebar dengan ganas. Beberapa jam setelah bakteri-bakteri ini masuk kedalam kulit, mereka yang berbentuk spiral ini biasanya berhasil masuk ke dalam aliran darah, dan dalam satu minggu mereka telah menyebar ke seluruh tubuh. Jika tidak diobati, infeksi tersebut biasanya berkembang melalui 3 tahap selama bertahun-tahun. Selama tahap pertama (sifilis awal), sebuah bisul yang tidak sakit muncul di tempat dimana bakteri itu masuk kedalam tubuh. Bisul ini atau chancre biasanya muncul berkisar antara 10 hingga 90 hari setelah infeksi dan hampir selalu di bagian genital.
Biasanya, bisul-bisul sifilis memiliki bagian tengah yang halus dan pinggiran yang menonjol dan keras dan kadang-kadang berisi nanah kuning seperti sebuah lepuh atau jerawat, demikian menurut Dr. Whiteside. Pada lelaki, bisul-bisul itu biasanya muncul pada atau dekat kepala penis.Pada perempuan, bisul-bisul itu biasanya pada labia (bibir-bibir vagina) namun kadang-kadang mereka juga berada di vagina bagian dalam, dimana bisul-bisul itu tidak dapat dilihat atau dirasakan. Kadang-kadang, bisul-bisul itu juga muncul di mulut, payudara, jari-jari, lidah atau wajah.Setelah itu penyakit ini sulit dilacak.
Dalam satu atau dua bulan, bisul-bisul itu sembuh dan lenyap, yang menyebabkan banyak orang yang terinfeksi juga menyimpulkan kalau infeksinya telah sembuh. Namun, ini tidak benar.Penyakit itu hanya menghilang ke dalam tubuh dan terus melakukan kerusakan di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat. (Inilah alasannya mengapa segala jenis bisul genital harus diperiksa oleh seorang dokter. Jangan hanya menunggu sampai bisul tersebut lenyap karena pada penyakit sifilis bisul itu akan hilang dengan sendirinya. Namun, anda masih terinfeksi dan anda mungkin dapat menulari).
Tahap demi tahap. Fase kedua (sifilis tahap lanjut), biasanya muncul dua hingga 6 bulan setelah bisul-bisul itu lenyap dan mungkin akan belanjut hingga lebih dari dua tahun. Pada saat itu bakteri tersebut telah menyebar sangat luas sehingga mungkin telah memasuki hampir semua bagian tubuh. Gejala-gejala yang diakibatkan dapat sangat berbeda-beda sehingga sifilis kadang-kadang disebut sebagai peniru ulung
Tanda paling umum sifilis tahap kedua ini adalah bintik-bintik merah seperti campak yang tidak gatal yang biasanya muncul di telapak-telapak tangan atau telapak-telapak kaki, yang sering disertai perasaan seperti sakit flu, demikian menurut Ted Rosen, M.D., professor dermatologi di Baylor College of Medicine di Houston. Anda mungkin juga merasa pusing, mengalami pembengkakan kelenjar-kelenjar, berat badan turun dan biasanya merasa loyo. Kurang lebih sepertiga pasien mengalami bisul-bisul yang berwarna agak keputih-putihan di mulut atau tenggorokan mereka dan mulai mengalami kebotakan, demikian menurut Dr. Whiteside. Penyakit ini sangat menular pada tahap ini, dan (jika terdapat bisul-bisul di mulut) dapat menular melalui ciuman.
Tahap akhir penyakit tersebut (sifilis tahap ketiga) biasanya terjadi setelah suatu periode tidak aktif yang mungkin berlangsung selama 20 tahun atau bahkan 30 tahun.Selama masa ini, mungkin terdapat sedikit tanda-tanda infeksi di bagian luar tubuh, itupun jika ada. Walaupun tidak begitu menular di tahap terakhir ini (sifilis biasanya hanya menular selama beberapa tahun pertama anda terinfeksi penyakit ini), namun ia tetap dapat melakukan perusakan-perusakan hebat kepada penderitanya dengan menyerang tulang, jantung, syaraf tulang belakang dan bahkan otak.
Walaupun sifilis hampir selalu ditularkan lewat hubungan seksual, ia juga dapat ditularkan dari seorang ibu ke bayinya dan inilah alasan mengapa sangat penting bagi ibu-ibu untuk melakukan tes darah guna mendeteksi penyakit ini di awal-awal kehamilan. Perawatan sebelum bulan kelima dapat mencegah infeksi sifilis, namun seorang ibu yang telah terinfeksi dan tidak dirawat hanya memiliki peluang 1:6 kemungkinan melahirkan bayi yang sehat.Singkatnya sifilis dapat menjadi kabar terburuk. Jika dokter anda mencurigai bahwa anda mungkin terjangkit penyakit ini, dokter anda tidak akan ragu-ragu memerintahkan anda untuk melakukan tes-tes guna memastikan adanya bakteri-bakteri berbentuk spiral ini atau adanya antibodi-antibodi atas bakteri itu dalam darah anda. Sayangnya tidak ada tes yang sempurna untuk mendeteksi sifilis dan hanya ada serangkaian tes yang tidak sempurna yang ketepatannya sangat bervariasi tergantung pada tahap mana penyakit tersebut telah menyerang korban.
Tes paling akurat untuk mendeteki sifilis tahap awal adalah pemeriksaan kerikan luka-luka di bawah mikroskop khusus. Karena kerikan luka-luka itu biasanya dipenuhi oleh organisme-organisme yang merugikan, mereka benar-benar dapat dilihat. Sayangnya, tes ini memerlukan keahlian khusus dan peralatannya tidak mudah didapatkan.
Dua dari tes yang paling kurat untuk mendeteksi sifilis tahap kedua adalah tes-tes yang dikembangkan oleh Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin Test. Kedua tes ini, yang mendeteksi adanya antibodi-antibodi terhadap T. pallidum di dalam darah, tidak mahal dan mudah dilakukan. Namun, tes-tes itu juga bisa menghasilkan sejumlah kepastian yang salah. Infeksi-infeksi lainnya (seperti herpes, monokleosis dan hepatitis), vaksinsi-vaksinasi, kehamilan atau penyalahgunaan obat dapat memberikan petunjuk yang salah bahwa anda menderita sifilis. Itulah sebabnya mengapa sebuah tes yang lebih mahal dan lebih tepat mungkin bisa digunakan untuk memastikan hasil positif dari tes VDRL sebelumnya.Yang harus anda lakukan.
Dalam rangka membasmi sifilis, berikut beberapa hal yang perlu anda ingat. Sifilis sangat sukar dimusnahkan dan tidak ada kepastian bahwa penyakit ini benar-benar hilang, bahkan setelah anda minum antibiotik-antibiotik sekalipun. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk kembali ke dokter untuk melakukan tes-tes darah selanjutnya. Para dokter juga menyarankan untuk memeriksakan diri kembali dua tahun setelah perawatan.Jika anda didiagnosis terjangkit sifilis, anda harus memberitahu pasangan (atau pasangan-pasangan) seksual anda dan membujuk mereka untuk pergi ke seorang dokter untuk mendapatkan kepastian dan perawatan yang memungkinkan
Tumor atau Kanker
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, tumor dikenal sebagai neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal. Yang perlu diketahui, sel tubuh secara umum memiliki 2 tugas utama yaitu melaksanakan aktivitas fungsional nya serta berkembang biak dengan membelah diri. Namun pada sel tumor yang terjadi adalah hampir semua energi sel digunakan untuk aktivitas berkembang biak semata. Fungsi perkembangbiakan ini diatur oleh inti sel (nucleus), akibatnya pada sel tumor dijumpai inti sel yang membesar karena tuntutan kerja yang meningkat.
Dari pengertian tumor diatas, tumor dibagi mejadi 2 golongan besar yaitu tumor jinak (benign) dan tumor ganas ( malignant) atau yang popular dengan sebutan kanker. Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini dan memang membedakannya merupakan tuntutan wajib bagi praktisi medis. Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan fatal sesuai dengan kata ‘ganas’ itu sendiri. Gambarannya begini, walaupun tumor ganas atau kanker itu berada pada jaringan di kaki, hal itu dalam tahap lanjut dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya yang membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas. Terdapat beberapa sifat yang membedakan antara tumor jinak dan ganas ;
1. Pertumbuhannya.
Tumor ganas tumbuhnya relative lebih cepat karena memang lebih aktif dan agresif, akibatnya jika di permukaan tubuh akan tampak tumor membesar dengan cepat dan seringkali di puncaknya disertai dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung sembuh. Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi kepada sel-sel tumor tidak mampu mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat cepat berlipat ganda, akibatnya sel-sel yang berada diujung tidak mendapat nutrisi dan mati. Jadi hati-hati jika memiliki luka yang kotor dan tidak kunjung sembuh dengan pengobatan bahkan bertambah luas.
2. Perluasannya.
Tumor jinak tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak struktur jaringan sekitarnya yang normal. Hal ini dikarenakan tumor jinak memiliki kapsul yang membatasi antara bagian sel-sel tumor yang abnormal dengan sel-sel normal. Sebaliknya pada tumor ganas yang memang tak berkapsul, tumor ini tumbuhnya infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan disekitarnya. Pertumbuhan semacam ini pertama kali ditemukan oleh Hippocrates – bapak ilmu kedokteran – dan beliau menamakan sebagai cancer (bahasa latin dari kepiting) karena menurutnya proses infiltratif seperti demikian menyerupai bentuk capit kepiting. Akibat proses infiltratif tersebut, maka jaringan disekitar tumor ganas seringkali rusak, dan jika jaringan yang diinfiltrasi itu berupa pembuluh darah maka tumor jenis ini dapat menimbulkan gejala perdarahan. Contohnya, pada kanker paru salah satu gejalanya adalah batuk darah.
3. Metastasis.
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor untuk lepas dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain yang letaknya jauh dari jaringan tumor induk. Misalnya kanker payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun proses terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi pada tumor ganas. Tumor jinak tidak pernah bermetastasis. Oleh karena metastasis inilah maka tumor ganas pada kaki misalnya dapat berakibat fatal terhadap penderitanya.
4. Gambaran selular.
Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang seringkali tidak menyerupai jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa memberi gambaran yang sama sekali tidak menyerupai sel apapun dalam tubuh manusia (tidak berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak umumnya diferensiasinya baik, artinya gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal asalnya namun aktvitas pembelahannya saja yang lebih aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin anaplastik / berdiferensiasi semakin buruk suatu tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.
5. Kekambuhan.
Tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi. Tumor ganas memiliki kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses pembedahannya sulit untuk benar-benar tuntas dikarenakan memang jaringan abnormal ini tidak berkapsul sehingga sulit untuk dibedakan dan dipisahkan dari jaringan normal sekitarnya yang sudah diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap lanjut umumnya penyebaran sudah lebih luas bahkan sudah bermetasasis jauh sehingga operasi adalah tidak mungkin menyembuhkan lagi karena sel-sel ganas sudah ada hampir di setiap bagian tubuh.
Apa sih yang menyebabkan seseorang dapat menderita tumor? Ini adalah pertanyaan yang paling sering diutarakan seorang pasien kepada praktisi medis tentang tumor. Dan pertanyaan yang sebenarnya simpel ini sebenarnya menimbulkan kegelisahan sendiri bagi kaum medis setiap kali ditanyakan. Mengapa? Bukan karena kami tidak tahu jawabannya, tetapi dunia kedokteran dan penelitian memang belum tahu jawaban pasti akan penyebab pasti seseorang dapat menderita tumor.
Tapi secara umum dipercaya bahwa proses terbentuknya tumor berkaitan dengan 3 faktor utama yaitu genetik (keturunan), karsinogenik (onkogen) dan co-karsinogen (co-onkogen). Faktor genetik atau keturunan menyebutkan bahwa beberapa orang membawa bakat (berupa gen) untuk tumor tertentu. Tentunya bakat saja tidak akan menjelma menjadi tumor di kemudian hari jika tidak ada faktor pemicu lainnya. Faktor pemicu lainnya itu adalah karsinogen dan co-karsinogen. Yang termasuk karsinogen antara lain senyawa kimia (seperti asbes, pengawet dan pewarna makanan), faktor fisika (seperti radiasi roentgen berlebih, sinar matahari berlebih), hormonal (seperti peranan estrogen pada kanker payudara, testosterone pada kanker prostate), dan virus (seperti virus HPV sebagai biang keladi utama kanker leher rahim ). Sedangkan co-karsinogen adalah usia tertentu (umumnya kejadian tumor seiring dengan pertambahan usia), pola hidup yang salah, merokok, alkohol, pola makan kurang serat, adanya iritasi berulang-ulang.
Menilik pada bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi suatu tumor itu adalah multifaktorial dan prosesnya rumit. Akibatnya dalam dunia neoplasia, pencegahan terhadap jenis penyakit satu ini seringkali sulit karena memang penyebab pastinya belum diketahui. Terdapat beberapa keganasan yang sudah memiliki anjuran pencegahan yang sudah diterima umum antara lain menghindari merokok (untuk mencegah kanker leher rahim, paru, mulut), hindari hubungan seksual usia terlalu dini dan gonta-ganti seksual serta imunisasi HPV (untuk mencegah kanker leher rahim), hindari alcohol (untuk mencegah kanker lambung, kerongkongan, hati) dan lainnya.
Tetapi yang cukup penting bagi jenis penyakit tumor selain pencegahan adalah deteksi dini atau tes skrining. Penelitian akan tes skrining serta cara-cara deteksi dini semakin berkembang ke arah yang cukup menjanjikan. Terdapat beberapa cara dalam mengenali tumor. Juga terdapat prosedur-prosedur yang bertahap dilakukan oleh dokter guna mendiagnosa penyakit ini. Keluhan subjektif yang disampaikan pasien seringkali tidak banyak menolong karena memang umumnya gejala tidak spesifik.
Namun memang ada beberapa gejala yang sudah mengarahkan pikiran dokter ke kemungkinan tumor tertentu, misalnya :
- Sering keluar darah pada kemaluan setelah berhubungan seksual tanpa sebab jelas. Biasanya perlu dicurigai ke arah kanker leher rahim.
- Benjolan payudara yang keras dengan putting susu yang tertarik ke dalam, perlu dipertimbangkan kanker payudara.
- Batuk darah pada perokok berat yang berusia > 50 tahun seringnya terkait kanker paru.
- Perubahan feses menjadi kecil-kecil serta terdapatnya darah di dalamnya dapat dicurigai kanker usus besar.
Dari berbagai keluhan ini maka akan dilakukan pemeriksaan fisik klinis terhadap tubuh terkait. Seringkali diperlukan pemeriksaan dalam seperti colok dubur (memasukkan jari ke dalam lubang pantat) atau colok vagina. Tetapi seringkali semua prosedur ini baru menghasilkan suatu diagnosa presumptive atau dugaan pada sebagian besar kasus, sehingga pemeriksaan penunjang diperlukan.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dapat yang sederhana dan relative murah sampai yang supermahal dan canggih. Prinsipnya semakin aneh dan sulit suatu tumor maka diperlukan pemeriksaan yang lebih canggih dan mahal. Antara lain pemeriksaan penujang yang dilakukan adalah foto roentgen , CT-scan, MRI, USG, biopsy (sebagian atau seluruh jaringan yang dicurigai diambil dan diperiksa dibawah mikroskop) , bronkoskopi (memasukkan selang berkamera ke dalam saluran napas), endoscopy (memasukkan selang berkamera ke dalam saluran cerna, bisa lewat mulut atau dubur), pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, Pap’s smear dan mammografi (foto roentgen khusus untuk payudara).
Di antara semua jenis pemeriksaan penunjang ini, pemeriksaan yang dapat memastikan jenis tumor dan derajad keganasannya adalah biopsy. Seperti yang disinggung sebelumnya, dalam hal penyakit tumor dikenal pemeriksaan skrining yang artinya deteksi dini akan kehadiran tumor tersebut sehingga penatalaksanaan dapat memberikan hasil lebih optimal. Deteksi dini adalah hal terpenting dalam penatalaksanaan tumor, khususnya kanker. Bahkan ada beberapa cara deteksi dini yang dapat dilakukan pasien sendiri, contohnya memeriksa payudara sendiri tiap bulan sehabis mens (SADARI-Periksa Payudara Sendiri) untuk mendeteksi adanya tumor pada payudara.
Namun sayangnya tidak semua jenis tumor memiliki cara skrining yang tepat. Berbagai kanker ganas seperti kanker paru, pancreas, lambung, ovarium seringkali terluput dari gejala keluhan maupun pemeriksaan klinis sehingga datang-datang sudah dalam tahap lanjut yang sulit ditangani lagi. Beruntungnya, dua jenis kanker tersering pada kaum wanita, yaitu kanker payudara dan leher rahim, memiliki deteksi dini yang cukup akurat. Pap’s smear masih menjadi skrining efektif bagi kanker leher rahim maupun kanker endometrium (dinding rahim), sedangkan mammografi dikombinasi dengan SADARI dan USG efektif digunakan sebagai skrining kanker payudara.
Jadi jangan sia-siakan keuntungan ini bagi kaum wanita, berkonsultasilah dengan dokter dan lakukan skrining dengan teratur. Selain mengetahui jenis tumornya, khusus untuk tumor ganas atau kanker, penting pula diketahui klasifikasi atau derajadnya. Secara umum, semakin kecil derajat kanker maka semakin dapat ditanggulangi dan prognosis (harapan kesembuhan dan hidup) jauh lebih besar.
Ada 2 sistem klasifikasi tumor yaitu grading dan staging. Dalam grading, klasifikasi tumor berdasarkan gambaran jaringan pada mikroskop, yaitu dari hasil biopsy (gambaran histopatologik). Di sini dinilai tingkat anaplastik atau differensiasi sel-sel kanker, semakin kacau gambaran sel (semakin anaplastik) semakin tinggi derajatnya dan berarti semakin ganas kanker tersebut.
Sedangkan staging didapatkan dari pemeriksaan klinis-penunjang, dan umumnya derajatnya dinilai berdasarkan ukuran besar tumor induk, sudah menyebar ke kelenjar limfe atau belum serta sudah bermetastasis atau belum. Yang lebih bermakna dalam terapi adalah klasifikasi berdasarkan staging ini. Semakin tinggi staging, misalnya kanker yang sudah bermetastasis, maka pengobatan akan menemukan jalan buntu dan harapan hidup berkurang.
Pengobatan tumor ada berbagai macam, secara umum merupakan kombinasi antara operasi, radiasi dan kimia (kemoterapi). Tumor jinak jika mengganggu dan memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat. Dan selanjutnya kekambuhan jarang terjadi. Tumor jinak tidak memerlukan terapi radiasi maupun kemoterapi. Berbeda dengan tumor jinak, hanya kanker stadium sangat awal saja yang dapat diterapi dengan operasi semata, selebihnya biasanya diterapi kombinasi antar ketiga macam jenis terapi di atas.
Kanker dengan staging rendah umumnya dengan dioperasi pengangkatan yang baik dan dilanjutkan dengan radiasi terhadap kemungkinan adanya sel-sel yang tertinggal di sekitar daerah yang dioperasi, maka dapat menyembuhkan penderita. Pada kanker yang sudah bermetastasis, tambahan kemoterapi yang berupa obat yang disuntikkan ke pembuluh darah dimaksudkan untuk mengejar dan membunuh sel-sel kanker yang sudah berkeliaran ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah atau limfe. Dan biasanya dalam tahap lanjut, terapi kanker hanya ditujukan paliatif yang berarti bertujuan mempanjang usia dan meringankan gejala yang membuat pasien menderita. Terapi paliatif tidak bertujuan menyembuhkan, karena memang kanker sudah relative sulit disembuhkan pada stadium lanjut.
Kapan diperlukan radiasi antara lain berdasarkan sensitivitas jenis sel kanker terhadap radiasi. Ada beberapa sel kanker yang memang sangat peka diradiasi dan memberikan hasil baik seperti kanker dari sel-sel embrional (contoh testis), atau sel-sel darah dan limfe (contoh limfoma). Tetapi ada beberapa sel kanker yang memang kebal terhadap penyinaran. Terkadang radiasi dilakukan sebelum operasi dengan tujuan kanker sedikit mengecil sehingga operasi lebih mudah dengan lebih sedikit efek samping. Permasalahan pengobatan kanker adalah kompleks, tidak semudah yang dituliskan diatas.
Walaupun secara teoritis radiasi dan kemoterapi dapat membunuh kanker dan operasi dapat membuang kanker, terdapat batasan nyata terhadap upaya-upaya ini. Hal ini dikarenakan penyakit kanker disebabkan oleh agen yang unik, yaitu sel tubuh sendiri yang kehilangan kontrol dan membangkang terhadap koordinasi selular. Tentunya ini berbeda dengan penyakit lain pada umumnya yang disebabkan oleh agen asing seperti virus, bakteri. Akibatnya pengobatan terhadap kanker seperti radiasi dan kemoterapi secara klinis akan membunuh sel-sel normal yang terkena juga. Oleh karena itu walaupun dunia kedokteran sudah menemukan dosis radiasi yang dapat mematikan kanker tetapi penyinaran sebesar dosis itu mustahil dilakukan karena itu berarti merusak jaringan normal yang ada disekitarnya juga. Bayangkan jika kanker berada di hati dan dengan radiasi berarti hati pun ikut rusak, hal itu akan mendatangkan kematian pula di kemudian hari.
Demikian pula dengan kemoterapi yang merupakan zat kimia racun terhebat bagi sel, bukan semata sel kanker, tetapi juga sel tubuh normal yang menyerapnya. Akibatnya mereka yang menjalani radiaoterapi maupun kemoterapi akan sarat dengan efek samping seperti, mual-muntah, badan kurus, kulit kering dan membusuk, rambut-alis rontok, badan lemah, sakit kepala dan banyak lagi.
Pengobatan terhadap kanker saat ini masih merupakan tantangan yang besar bagi dunia kedokteran modern. Dan semoga kelak dapat ditemukan obat ampuh yang dapat mengeliminasi kanker dari tubuh tanpa efek samping yang berlebih
Dari pengertian tumor diatas, tumor dibagi mejadi 2 golongan besar yaitu tumor jinak (benign) dan tumor ganas ( malignant) atau yang popular dengan sebutan kanker. Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini dan memang membedakannya merupakan tuntutan wajib bagi praktisi medis. Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan fatal sesuai dengan kata ‘ganas’ itu sendiri. Gambarannya begini, walaupun tumor ganas atau kanker itu berada pada jaringan di kaki, hal itu dalam tahap lanjut dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya yang membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas. Terdapat beberapa sifat yang membedakan antara tumor jinak dan ganas ;
1. Pertumbuhannya.
Tumor ganas tumbuhnya relative lebih cepat karena memang lebih aktif dan agresif, akibatnya jika di permukaan tubuh akan tampak tumor membesar dengan cepat dan seringkali di puncaknya disertai dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung sembuh. Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi kepada sel-sel tumor tidak mampu mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat cepat berlipat ganda, akibatnya sel-sel yang berada diujung tidak mendapat nutrisi dan mati. Jadi hati-hati jika memiliki luka yang kotor dan tidak kunjung sembuh dengan pengobatan bahkan bertambah luas.
2. Perluasannya.
Tumor jinak tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak struktur jaringan sekitarnya yang normal. Hal ini dikarenakan tumor jinak memiliki kapsul yang membatasi antara bagian sel-sel tumor yang abnormal dengan sel-sel normal. Sebaliknya pada tumor ganas yang memang tak berkapsul, tumor ini tumbuhnya infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan disekitarnya. Pertumbuhan semacam ini pertama kali ditemukan oleh Hippocrates – bapak ilmu kedokteran – dan beliau menamakan sebagai cancer (bahasa latin dari kepiting) karena menurutnya proses infiltratif seperti demikian menyerupai bentuk capit kepiting. Akibat proses infiltratif tersebut, maka jaringan disekitar tumor ganas seringkali rusak, dan jika jaringan yang diinfiltrasi itu berupa pembuluh darah maka tumor jenis ini dapat menimbulkan gejala perdarahan. Contohnya, pada kanker paru salah satu gejalanya adalah batuk darah.
3. Metastasis.
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor untuk lepas dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain yang letaknya jauh dari jaringan tumor induk. Misalnya kanker payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun proses terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi pada tumor ganas. Tumor jinak tidak pernah bermetastasis. Oleh karena metastasis inilah maka tumor ganas pada kaki misalnya dapat berakibat fatal terhadap penderitanya.
4. Gambaran selular.
Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang seringkali tidak menyerupai jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa memberi gambaran yang sama sekali tidak menyerupai sel apapun dalam tubuh manusia (tidak berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak umumnya diferensiasinya baik, artinya gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal asalnya namun aktvitas pembelahannya saja yang lebih aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin anaplastik / berdiferensiasi semakin buruk suatu tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.
5. Kekambuhan.
Tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi. Tumor ganas memiliki kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses pembedahannya sulit untuk benar-benar tuntas dikarenakan memang jaringan abnormal ini tidak berkapsul sehingga sulit untuk dibedakan dan dipisahkan dari jaringan normal sekitarnya yang sudah diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap lanjut umumnya penyebaran sudah lebih luas bahkan sudah bermetasasis jauh sehingga operasi adalah tidak mungkin menyembuhkan lagi karena sel-sel ganas sudah ada hampir di setiap bagian tubuh.
Apa sih yang menyebabkan seseorang dapat menderita tumor? Ini adalah pertanyaan yang paling sering diutarakan seorang pasien kepada praktisi medis tentang tumor. Dan pertanyaan yang sebenarnya simpel ini sebenarnya menimbulkan kegelisahan sendiri bagi kaum medis setiap kali ditanyakan. Mengapa? Bukan karena kami tidak tahu jawabannya, tetapi dunia kedokteran dan penelitian memang belum tahu jawaban pasti akan penyebab pasti seseorang dapat menderita tumor.
Tapi secara umum dipercaya bahwa proses terbentuknya tumor berkaitan dengan 3 faktor utama yaitu genetik (keturunan), karsinogenik (onkogen) dan co-karsinogen (co-onkogen). Faktor genetik atau keturunan menyebutkan bahwa beberapa orang membawa bakat (berupa gen) untuk tumor tertentu. Tentunya bakat saja tidak akan menjelma menjadi tumor di kemudian hari jika tidak ada faktor pemicu lainnya. Faktor pemicu lainnya itu adalah karsinogen dan co-karsinogen. Yang termasuk karsinogen antara lain senyawa kimia (seperti asbes, pengawet dan pewarna makanan), faktor fisika (seperti radiasi roentgen berlebih, sinar matahari berlebih), hormonal (seperti peranan estrogen pada kanker payudara, testosterone pada kanker prostate), dan virus (seperti virus HPV sebagai biang keladi utama kanker leher rahim ). Sedangkan co-karsinogen adalah usia tertentu (umumnya kejadian tumor seiring dengan pertambahan usia), pola hidup yang salah, merokok, alkohol, pola makan kurang serat, adanya iritasi berulang-ulang.
Menilik pada bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi suatu tumor itu adalah multifaktorial dan prosesnya rumit. Akibatnya dalam dunia neoplasia, pencegahan terhadap jenis penyakit satu ini seringkali sulit karena memang penyebab pastinya belum diketahui. Terdapat beberapa keganasan yang sudah memiliki anjuran pencegahan yang sudah diterima umum antara lain menghindari merokok (untuk mencegah kanker leher rahim, paru, mulut), hindari hubungan seksual usia terlalu dini dan gonta-ganti seksual serta imunisasi HPV (untuk mencegah kanker leher rahim), hindari alcohol (untuk mencegah kanker lambung, kerongkongan, hati) dan lainnya.
Tetapi yang cukup penting bagi jenis penyakit tumor selain pencegahan adalah deteksi dini atau tes skrining. Penelitian akan tes skrining serta cara-cara deteksi dini semakin berkembang ke arah yang cukup menjanjikan. Terdapat beberapa cara dalam mengenali tumor. Juga terdapat prosedur-prosedur yang bertahap dilakukan oleh dokter guna mendiagnosa penyakit ini. Keluhan subjektif yang disampaikan pasien seringkali tidak banyak menolong karena memang umumnya gejala tidak spesifik.
Namun memang ada beberapa gejala yang sudah mengarahkan pikiran dokter ke kemungkinan tumor tertentu, misalnya :
- Sering keluar darah pada kemaluan setelah berhubungan seksual tanpa sebab jelas. Biasanya perlu dicurigai ke arah kanker leher rahim.
- Benjolan payudara yang keras dengan putting susu yang tertarik ke dalam, perlu dipertimbangkan kanker payudara.
- Batuk darah pada perokok berat yang berusia > 50 tahun seringnya terkait kanker paru.
- Perubahan feses menjadi kecil-kecil serta terdapatnya darah di dalamnya dapat dicurigai kanker usus besar.
Dari berbagai keluhan ini maka akan dilakukan pemeriksaan fisik klinis terhadap tubuh terkait. Seringkali diperlukan pemeriksaan dalam seperti colok dubur (memasukkan jari ke dalam lubang pantat) atau colok vagina. Tetapi seringkali semua prosedur ini baru menghasilkan suatu diagnosa presumptive atau dugaan pada sebagian besar kasus, sehingga pemeriksaan penunjang diperlukan.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dapat yang sederhana dan relative murah sampai yang supermahal dan canggih. Prinsipnya semakin aneh dan sulit suatu tumor maka diperlukan pemeriksaan yang lebih canggih dan mahal. Antara lain pemeriksaan penujang yang dilakukan adalah foto roentgen , CT-scan, MRI, USG, biopsy (sebagian atau seluruh jaringan yang dicurigai diambil dan diperiksa dibawah mikroskop) , bronkoskopi (memasukkan selang berkamera ke dalam saluran napas), endoscopy (memasukkan selang berkamera ke dalam saluran cerna, bisa lewat mulut atau dubur), pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, Pap’s smear dan mammografi (foto roentgen khusus untuk payudara).
Di antara semua jenis pemeriksaan penunjang ini, pemeriksaan yang dapat memastikan jenis tumor dan derajad keganasannya adalah biopsy. Seperti yang disinggung sebelumnya, dalam hal penyakit tumor dikenal pemeriksaan skrining yang artinya deteksi dini akan kehadiran tumor tersebut sehingga penatalaksanaan dapat memberikan hasil lebih optimal. Deteksi dini adalah hal terpenting dalam penatalaksanaan tumor, khususnya kanker. Bahkan ada beberapa cara deteksi dini yang dapat dilakukan pasien sendiri, contohnya memeriksa payudara sendiri tiap bulan sehabis mens (SADARI-Periksa Payudara Sendiri) untuk mendeteksi adanya tumor pada payudara.
Namun sayangnya tidak semua jenis tumor memiliki cara skrining yang tepat. Berbagai kanker ganas seperti kanker paru, pancreas, lambung, ovarium seringkali terluput dari gejala keluhan maupun pemeriksaan klinis sehingga datang-datang sudah dalam tahap lanjut yang sulit ditangani lagi. Beruntungnya, dua jenis kanker tersering pada kaum wanita, yaitu kanker payudara dan leher rahim, memiliki deteksi dini yang cukup akurat. Pap’s smear masih menjadi skrining efektif bagi kanker leher rahim maupun kanker endometrium (dinding rahim), sedangkan mammografi dikombinasi dengan SADARI dan USG efektif digunakan sebagai skrining kanker payudara.
Jadi jangan sia-siakan keuntungan ini bagi kaum wanita, berkonsultasilah dengan dokter dan lakukan skrining dengan teratur. Selain mengetahui jenis tumornya, khusus untuk tumor ganas atau kanker, penting pula diketahui klasifikasi atau derajadnya. Secara umum, semakin kecil derajat kanker maka semakin dapat ditanggulangi dan prognosis (harapan kesembuhan dan hidup) jauh lebih besar.
Ada 2 sistem klasifikasi tumor yaitu grading dan staging. Dalam grading, klasifikasi tumor berdasarkan gambaran jaringan pada mikroskop, yaitu dari hasil biopsy (gambaran histopatologik). Di sini dinilai tingkat anaplastik atau differensiasi sel-sel kanker, semakin kacau gambaran sel (semakin anaplastik) semakin tinggi derajatnya dan berarti semakin ganas kanker tersebut.
Sedangkan staging didapatkan dari pemeriksaan klinis-penunjang, dan umumnya derajatnya dinilai berdasarkan ukuran besar tumor induk, sudah menyebar ke kelenjar limfe atau belum serta sudah bermetastasis atau belum. Yang lebih bermakna dalam terapi adalah klasifikasi berdasarkan staging ini. Semakin tinggi staging, misalnya kanker yang sudah bermetastasis, maka pengobatan akan menemukan jalan buntu dan harapan hidup berkurang.
Pengobatan tumor ada berbagai macam, secara umum merupakan kombinasi antara operasi, radiasi dan kimia (kemoterapi). Tumor jinak jika mengganggu dan memungkinkan biasanya dioperasi dan diangkat. Dan selanjutnya kekambuhan jarang terjadi. Tumor jinak tidak memerlukan terapi radiasi maupun kemoterapi. Berbeda dengan tumor jinak, hanya kanker stadium sangat awal saja yang dapat diterapi dengan operasi semata, selebihnya biasanya diterapi kombinasi antar ketiga macam jenis terapi di atas.
Kanker dengan staging rendah umumnya dengan dioperasi pengangkatan yang baik dan dilanjutkan dengan radiasi terhadap kemungkinan adanya sel-sel yang tertinggal di sekitar daerah yang dioperasi, maka dapat menyembuhkan penderita. Pada kanker yang sudah bermetastasis, tambahan kemoterapi yang berupa obat yang disuntikkan ke pembuluh darah dimaksudkan untuk mengejar dan membunuh sel-sel kanker yang sudah berkeliaran ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah atau limfe. Dan biasanya dalam tahap lanjut, terapi kanker hanya ditujukan paliatif yang berarti bertujuan mempanjang usia dan meringankan gejala yang membuat pasien menderita. Terapi paliatif tidak bertujuan menyembuhkan, karena memang kanker sudah relative sulit disembuhkan pada stadium lanjut.
Kapan diperlukan radiasi antara lain berdasarkan sensitivitas jenis sel kanker terhadap radiasi. Ada beberapa sel kanker yang memang sangat peka diradiasi dan memberikan hasil baik seperti kanker dari sel-sel embrional (contoh testis), atau sel-sel darah dan limfe (contoh limfoma). Tetapi ada beberapa sel kanker yang memang kebal terhadap penyinaran. Terkadang radiasi dilakukan sebelum operasi dengan tujuan kanker sedikit mengecil sehingga operasi lebih mudah dengan lebih sedikit efek samping. Permasalahan pengobatan kanker adalah kompleks, tidak semudah yang dituliskan diatas.
Walaupun secara teoritis radiasi dan kemoterapi dapat membunuh kanker dan operasi dapat membuang kanker, terdapat batasan nyata terhadap upaya-upaya ini. Hal ini dikarenakan penyakit kanker disebabkan oleh agen yang unik, yaitu sel tubuh sendiri yang kehilangan kontrol dan membangkang terhadap koordinasi selular. Tentunya ini berbeda dengan penyakit lain pada umumnya yang disebabkan oleh agen asing seperti virus, bakteri. Akibatnya pengobatan terhadap kanker seperti radiasi dan kemoterapi secara klinis akan membunuh sel-sel normal yang terkena juga. Oleh karena itu walaupun dunia kedokteran sudah menemukan dosis radiasi yang dapat mematikan kanker tetapi penyinaran sebesar dosis itu mustahil dilakukan karena itu berarti merusak jaringan normal yang ada disekitarnya juga. Bayangkan jika kanker berada di hati dan dengan radiasi berarti hati pun ikut rusak, hal itu akan mendatangkan kematian pula di kemudian hari.
Demikian pula dengan kemoterapi yang merupakan zat kimia racun terhebat bagi sel, bukan semata sel kanker, tetapi juga sel tubuh normal yang menyerapnya. Akibatnya mereka yang menjalani radiaoterapi maupun kemoterapi akan sarat dengan efek samping seperti, mual-muntah, badan kurus, kulit kering dan membusuk, rambut-alis rontok, badan lemah, sakit kepala dan banyak lagi.
Pengobatan terhadap kanker saat ini masih merupakan tantangan yang besar bagi dunia kedokteran modern. Dan semoga kelak dapat ditemukan obat ampuh yang dapat mengeliminasi kanker dari tubuh tanpa efek samping yang berlebih
Penyakit-penyakit kelamin
GONORRHEA & CHLAMYDIA
• Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
• Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.
• Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan kemandulan
• Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini
HERPES
• Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
• Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
• Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
• Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
• Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
• Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina
INFEKSI JAMUR
• Disebabkan oleh jamur
• Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
• Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
• Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur
SYPHILIS
• Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
• Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit
• Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagiantubuh lain
• Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin
• Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina
VAGINISTIS
• Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau dan menimbulkan ketidak nyamanan
• Disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea, chlamydia) atau jamur
• Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap pada vagina
• Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop
• Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.
BISUL PADA ALAT KELAMIN
• Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV)
• Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut
• Pada umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina, atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka
• Dapat berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix
• Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim
KUTU KELAMIN
• Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan, menetap pada rambut kemaluan.
• Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin
KUTU DI BAWAH KULIT
• Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit
• Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh
• Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh
• Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap pada kain-kain terebut
AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME)/HIV DISEASE
• Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh
• Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah
• Dapat menyebabkan kematian setelah sepukuh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan
• Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.
• Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
• Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali.
• Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi parah dan menyebabkan kemandulan
• Penyakit ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini
HERPES
• Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan
• Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
• Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair.
• Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang
• Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering
• Wanita kerap kali tidak sadar bahwa ia menderita herpes akrena lecet terjadi di dalam vagina
INFEKSI JAMUR
• Disebabkan oleh jamur
• Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat
• Pada wanita akan ke luar cairan putih kental yang menyebabkan rasa gatal
• Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur
SYPHILIS
• Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini
• Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit
• Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagiantubuh lain
• Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin
• Pada wanita lesi dapat tersembunyi pada vagina
VAGINISTIS
• Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau dan menimbulkan ketidak nyamanan
• Disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea, chlamydia) atau jamur
• Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap pada vagina
• Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop
• Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.
BISUL PADA ALAT KELAMIN
• Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV)
• Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit tersebut
• Pada umumnya tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak di dalam vagina, atau pada pria karena terlalu kecil. Dapat diuji dengan lapisan cuka
• Dapat berakibat serius pada wanita karena dapat menyebabkan kanker cervix
• Bisul pada kelamin ini dapat disembuhkan, wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan intim
KUTU KELAMIN
• Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan, menetap pada rambut kemaluan.
• Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin
KUTU DI BAWAH KULIT
• Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit
• Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh
• Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh
• Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap pada kain-kain terebut
AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME)/HIV DISEASE
• Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh
• Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah
• Dapat menyebabkan kematian setelah sepukuh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan
• Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.
MACAM-MACAM PENYAKIT
1. Penyakit Tidak Menular
Penyakit dibedakan menjadi 2 :
Penyakit tidak menular
Penyakit menular
a. Penyakit Tidak Menular, macamnya :
1). Penyakit Tumor
2). Penyakit Gondok
3). Penyakit Gula (diabetes Melitus)
4). Penyakit Jantung
5). Penyakit Kekurangan Gizi
6). Peredaran Darah
1). Penyakit Tumor
Penyakit ini disebabkan oleh pertumbuhan sel yang melebihi pertumbuhan jaringan di sekitarnya. Tumor dapat terjadi di sembarangan tempat dan jaringan. Tumor diberi nama sesuai dengan jaringan asalnya. Penyebab terjadinya tumur hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan tumor dapat terjadi karena penyinaran X yang terus menerus. Ada pula pendapat yang mengatakan sebagai akibat sinar matahari yang terus menerus. Ada yang mengira virus.
Pencegahan :
Oleh karena penyebab terjadinya penyakit tumor berlum diketahui, maka pencegahannya juga belum diketahui dengan tepat. Usaha belum diketahui dengan tepat. Usaha mengurangi akibat buruk penyakit tumor ialah dengan jalan mengenal gejala-gejala sedini mungkin.
2). Penyakit yang disebabkan oleh kelainan kelenjar Getah bening dan hormon.
a. Penyakit Gondok
Penyakit gondok adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada kelenjar gondok, terlihat dengan pembesaran di leher bagian depan. Kelenjar gondok ada dua. Apabila terjadi penyakit, mungkin sebelah saja yang membesar atau kedua-duanya.
b. Penyakit Gula
Glucon adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Ada orang yang tidak sanggup menghasilkan insulin secukupnya untuk memenuhi keperluannya sendiri. Kekurangan insulin adalah naiknya kadar gula atau glukosa di dalam darah. Sedangkan sel-sel tubuh tidak mendapatkan persediaan yang cukup dari makanan. Dalam hal ini, kelebihan glukosa itu terbuang dalam air seni. Inilah yang disebut penyakit gula. Jika hal ini berlangsung terus, penderita menjadi lemah dan bisa meninggal karena kekurangan zat-zat makanan. Penyakit gula adalah penyakit yang aneh dan rumit. Bukan saja pankreas terlibat, melainkan juga alat-alat yang lain, termasuk kelenjar anak ginjal. Hypothyse, gondok, dan hati. Alam keadaan itu, penderita harus melakukan salah satu dari dua hal yang tersebut dibawah ini :
- Ia harus mengurangi makanan yang dimakan.
- Dia harus menyediakan cukup banyak insulin untuk memenuhi keperluan tubuhnya.
3). Jantung
Jantung sangat vital, yang berfungsi memompa aliran darah ke seluruh tubuh dan tidak pernah berhenti. Jantung mempunyai dua pompa, yang satu dibagian kanan. Yang satu dibagian kiri. Jantung berdenyut lebih dari 100.000 kali sehari, terus menerus memompakan darah melalui lebih dari 60.000 mil pembuluh darah yang amat kecil.
Beberapa penyebab terjadinya serangan jantung adalah :
a). Akibat tekanan darah tinggi.
b). Suka merokok
c). Minum minuman keras
Ketiga penyebab Agina Pectoris yaitu keadaan nyeri tujuan yang menusuk-nusuk dan rasa seperti tertekan, terutama pada bagian dada.
4). Penyakit Karena kekurangan Gizi
Karena kekurangan vitamin A dalam makanannya, anak akan menderita buta senja (xeropthalmia). Pengobatannya adalah dengan memberikan makanan yang banyak mengandung vitamin A.
Kekurangan vitamin B1 akan mengakitbatkan pembengkakan di kedua tungkai sehingga sukar berjalan, tindakan lamban, an terlihat bermalas-malasan. Pengobatan adalah dengan memberikan makanan yang banyak mengandung vitamin B1.
5). Peredaran Darah
Darah manusia berwarna merah. Bila darah itu didiamkan beberapa waktu, akan kita dapati dua macam zat, yaitu :
a). Yang berwarna kekuning-kuningan.
b). Endapan yang berwarna merah (sel-sel darah).
Sel-sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, (leukosit), dan sel pembeku (trombosit). Pada orang laki-laki dewasa setiap 3 mm darah mengandung 5 juta sel, pada wanita dewasa 4 juta sel.
Golongan darah
Golongan darah manusia ada 4 macam, yaitu O, A, B, dan AB. Peredaran darah manusia terjadi karena adanya jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh melewati pembuluh nadi, kemudian kembali ke jantung (peredaran darah besar). Bersamaan dengan itu, jantung juga memompa darah ke paru-paru, kemudian kembali ke jantung (peredaran darah kecil).
Banyaknya darah pada manusia dewasa kira-kira 4 sampai 5 liter atau 1/13 berat badan orang tersebut. Jika berat badan 52 Kg. darahnya adalah 1/13x52=4 liter. Tekanan darah diukur dengan tensimeter (alat pengukur tensi). Yang diukur adalah tekanan sistole (yaitu waktu darah ditekan keluar dari jantung) 120 mm air raksa (Hg) dan tekanan diastoir (pada waktu darah masuk ke jantung) 89 mmHg. Jadi apabila banyaknya darah kurang dari normal, tekanan darah akan berkurang yang disebut hypotensi (hypo = bawah, kurang; tensi = tekanan). Bila tekanan darah lebih tinggi dari normal disebut hypertensi (hyper=lebih). Keadaan tersebut perlu diketahui penyebab kelainannya. Walaupun demikia, masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan kelainan pada tekanan darah, misalnya :
b. Kelainan pada pembuluh darah.
c. Ketuaan
d. Penyakit Jantung
2. Penyakit Menular
Adalah suatu penyakit yang dengan mudah berkembang ke tubuh lain dengan melalui perantara tertentu, secara langsung maupun tidak langsung. Yang tergolong penyakit menular adalah :
a. TBC
b. Penyakit kulit (Jamur Kulit)
c. Colera
d. Flu / Pilek
e. Penyakit Mata / Belek, dan lain-lain
Selain penyakit-penyakit di atas, penyakit menular yang perlu diwaspadai dan dicegah, karena tergolong sangat berbahaya yaitu HI/AIDS.
Penyakit dibedakan menjadi 2 :
Penyakit tidak menular
Penyakit menular
a. Penyakit Tidak Menular, macamnya :
1). Penyakit Tumor
2). Penyakit Gondok
3). Penyakit Gula (diabetes Melitus)
4). Penyakit Jantung
5). Penyakit Kekurangan Gizi
6). Peredaran Darah
1). Penyakit Tumor
Penyakit ini disebabkan oleh pertumbuhan sel yang melebihi pertumbuhan jaringan di sekitarnya. Tumor dapat terjadi di sembarangan tempat dan jaringan. Tumor diberi nama sesuai dengan jaringan asalnya. Penyebab terjadinya tumur hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan tumor dapat terjadi karena penyinaran X yang terus menerus. Ada pula pendapat yang mengatakan sebagai akibat sinar matahari yang terus menerus. Ada yang mengira virus.
Pencegahan :
Oleh karena penyebab terjadinya penyakit tumor berlum diketahui, maka pencegahannya juga belum diketahui dengan tepat. Usaha belum diketahui dengan tepat. Usaha mengurangi akibat buruk penyakit tumor ialah dengan jalan mengenal gejala-gejala sedini mungkin.
2). Penyakit yang disebabkan oleh kelainan kelenjar Getah bening dan hormon.
a. Penyakit Gondok
Penyakit gondok adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada kelenjar gondok, terlihat dengan pembesaran di leher bagian depan. Kelenjar gondok ada dua. Apabila terjadi penyakit, mungkin sebelah saja yang membesar atau kedua-duanya.
b. Penyakit Gula
Glucon adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Ada orang yang tidak sanggup menghasilkan insulin secukupnya untuk memenuhi keperluannya sendiri. Kekurangan insulin adalah naiknya kadar gula atau glukosa di dalam darah. Sedangkan sel-sel tubuh tidak mendapatkan persediaan yang cukup dari makanan. Dalam hal ini, kelebihan glukosa itu terbuang dalam air seni. Inilah yang disebut penyakit gula. Jika hal ini berlangsung terus, penderita menjadi lemah dan bisa meninggal karena kekurangan zat-zat makanan. Penyakit gula adalah penyakit yang aneh dan rumit. Bukan saja pankreas terlibat, melainkan juga alat-alat yang lain, termasuk kelenjar anak ginjal. Hypothyse, gondok, dan hati. Alam keadaan itu, penderita harus melakukan salah satu dari dua hal yang tersebut dibawah ini :
- Ia harus mengurangi makanan yang dimakan.
- Dia harus menyediakan cukup banyak insulin untuk memenuhi keperluan tubuhnya.
3). Jantung
Jantung sangat vital, yang berfungsi memompa aliran darah ke seluruh tubuh dan tidak pernah berhenti. Jantung mempunyai dua pompa, yang satu dibagian kanan. Yang satu dibagian kiri. Jantung berdenyut lebih dari 100.000 kali sehari, terus menerus memompakan darah melalui lebih dari 60.000 mil pembuluh darah yang amat kecil.
Beberapa penyebab terjadinya serangan jantung adalah :
a). Akibat tekanan darah tinggi.
b). Suka merokok
c). Minum minuman keras
Ketiga penyebab Agina Pectoris yaitu keadaan nyeri tujuan yang menusuk-nusuk dan rasa seperti tertekan, terutama pada bagian dada.
4). Penyakit Karena kekurangan Gizi
Karena kekurangan vitamin A dalam makanannya, anak akan menderita buta senja (xeropthalmia). Pengobatannya adalah dengan memberikan makanan yang banyak mengandung vitamin A.
Kekurangan vitamin B1 akan mengakitbatkan pembengkakan di kedua tungkai sehingga sukar berjalan, tindakan lamban, an terlihat bermalas-malasan. Pengobatan adalah dengan memberikan makanan yang banyak mengandung vitamin B1.
5). Peredaran Darah
Darah manusia berwarna merah. Bila darah itu didiamkan beberapa waktu, akan kita dapati dua macam zat, yaitu :
a). Yang berwarna kekuning-kuningan.
b). Endapan yang berwarna merah (sel-sel darah).
Sel-sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, (leukosit), dan sel pembeku (trombosit). Pada orang laki-laki dewasa setiap 3 mm darah mengandung 5 juta sel, pada wanita dewasa 4 juta sel.
Golongan darah
Golongan darah manusia ada 4 macam, yaitu O, A, B, dan AB. Peredaran darah manusia terjadi karena adanya jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh melewati pembuluh nadi, kemudian kembali ke jantung (peredaran darah besar). Bersamaan dengan itu, jantung juga memompa darah ke paru-paru, kemudian kembali ke jantung (peredaran darah kecil).
Banyaknya darah pada manusia dewasa kira-kira 4 sampai 5 liter atau 1/13 berat badan orang tersebut. Jika berat badan 52 Kg. darahnya adalah 1/13x52=4 liter. Tekanan darah diukur dengan tensimeter (alat pengukur tensi). Yang diukur adalah tekanan sistole (yaitu waktu darah ditekan keluar dari jantung) 120 mm air raksa (Hg) dan tekanan diastoir (pada waktu darah masuk ke jantung) 89 mmHg. Jadi apabila banyaknya darah kurang dari normal, tekanan darah akan berkurang yang disebut hypotensi (hypo = bawah, kurang; tensi = tekanan). Bila tekanan darah lebih tinggi dari normal disebut hypertensi (hyper=lebih). Keadaan tersebut perlu diketahui penyebab kelainannya. Walaupun demikia, masih banyak faktor lain yang dapat menyebabkan kelainan pada tekanan darah, misalnya :
b. Kelainan pada pembuluh darah.
c. Ketuaan
d. Penyakit Jantung
2. Penyakit Menular
Adalah suatu penyakit yang dengan mudah berkembang ke tubuh lain dengan melalui perantara tertentu, secara langsung maupun tidak langsung. Yang tergolong penyakit menular adalah :
a. TBC
b. Penyakit kulit (Jamur Kulit)
c. Colera
d. Flu / Pilek
e. Penyakit Mata / Belek, dan lain-lain
Selain penyakit-penyakit di atas, penyakit menular yang perlu diwaspadai dan dicegah, karena tergolong sangat berbahaya yaitu HI/AIDS.
PENYEMBUHAN LUKA (WOUND HEALING)
PENYEMBUHAN LUKA
(WOUND HEALING)
DEFINISI
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan.
JENIS LUKA
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a) Stadium I : Luka Superfisial (”Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Gambar 1. Tingkat Kedalaman Luka
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
1. Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Gambar 2. Luka Akut
2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Gambar 3. Luka Kronis
MEKANISME TERJADINYA LUKA
a) Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi akibat pembedahan.
b) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g) Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.
FASE PENYEMBUHAN LUKA
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.
Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima.. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Gambar 4. Fase Inflamasi
Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
Gambar 5. Fase Proliferasi
Fase Penyudahan (Remodelling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.
Gambar 6. Fase Remodelling
KLASIFIKASI PENYEMBUHAN
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, seperti yang telah diterangkan tadi, berjalan secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam intentionem (Latin: sanatio = penyembuhan, per = melalui, secundus = kedua, intendere = cara menuju kepada). Cara ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.
Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem, yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
Namun, penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya, sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda.
Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan penyembuhan primer.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
KOMPLIKASI
Komplikasi Dini
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
Komplikasi Lanjut
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut.
Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
1) Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta: 1995.
2) Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta: 1997, hal 72-81.
3) www.emedicine.com/plastic/TOPIC477.HTM didownload tanggal 26 Juni 2008.
4) www.woundpedia.com didownload tanggal 26 Juni 2008
(WOUND HEALING)
DEFINISI
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan.
JENIS LUKA
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka.
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b) Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c) Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d) Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a) Stadium I : Luka Superfisial (”Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b) Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c) Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d) Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Gambar 1. Tingkat Kedalaman Luka
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
1. Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Gambar 2. Luka Akut
2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Gambar 3. Luka Kronis
MEKANISME TERJADINYA LUKA
a) Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi akibat pembedahan.
b) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g) Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.
FASE PENYEMBUHAN LUKA
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.
Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima.. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
Gambar 4. Fase Inflamasi
Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
Gambar 5. Fase Proliferasi
Fase Penyudahan (Remodelling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.
Gambar 6. Fase Remodelling
KLASIFIKASI PENYEMBUHAN
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, seperti yang telah diterangkan tadi, berjalan secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam intentionem (Latin: sanatio = penyembuhan, per = melalui, secundus = kedua, intendere = cara menuju kepada). Cara ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.
Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem, yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
Namun, penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya, sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda.
Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan penyembuhan primer.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
KOMPLIKASI
Komplikasi Dini
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
Komplikasi Lanjut
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut.
Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
1) Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta: 1995.
2) Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta: 1997, hal 72-81.
3) www.emedicine.com/plastic/TOPIC477.HTM didownload tanggal 26 Juni 2008.
4) www.woundpedia.com didownload tanggal 26 Juni 2008
Langganan:
Postingan (Atom)